Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Kurikulum 2013

- 07.15

Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Kurikulum 2013

 


Dalam setiap pelaksanaan kegiatan pembelajaran, dasarnya memang bisa diklasifikasikan ke dalam tiga kegiatan pokok, yakni :
  • kegiatan pendahuluan,
  • kegiatan inti, serta
  • kegiatan penutup.

1. Kegiatan pendahuluan

Kegiatan pendahuluan bertujuan bagi atau bisa juga dikatakan untuk menciptakan suasana awal pembelajaran yng efektif yng memungkinkan siswa bisa mengikuti proses pembelajaran yang dengannya baik. Menjdai semisal disaat mengawali pembelajaran, guru menyapa anak yang dengannya nada bersemangat serta gembira (mengucapkan salam), mengecek kehadiran para siswa serta menanyakan ketidak-hadiran siswa andaikan ada yng tak hadir dll.
Dalam metode saintifik tujuan utama kegiatan pendahuluan merupakan memantapkan pemahaman siswa terhadap konsep-konsep yng sudah dikuasai yng berkaitan yang dengannya materi pelajaran baru yng akan dipelajari oleh siswa. Oleh lantaran itu dalam kegiatan ini guru Perlu mengupayakan agar siswa yng belum paham suatu konsep bisa memahami konsep yang telah di sebutkan, sedangkan siswa yng mengalami kesalahan konsep, kesalahan yang telah di sebutkan bisa dihilangkan. Pada kegiatan pendahuluan, disarankan guru menunjukan kejadian ataupun fenomena “aneh” ataupun “ganjil” (discrepant event) yng bisa menggugah timbulnya pertanyaan pada diri siswa.

2. Kegiatan inti

Kegiatan inti adalah kegiatan utama dalam proses pembelajaran ataupun dalam proses penguasaan pengalaman belajar (learning experience) siswa. Kegiatan inti dalam pembelajaran merupakan suatu proses pembentukan pengalaman serta kemampuan siswa secara terprogram yng dilaksanakan dalam durasi waktu tertentu. Kegiatan inti dalam metode saintifik ditujukan bagi atau bisa juga dikatakan untuk terkonstruksinya konsep, hukum ataupun prinsip oleh siswa yang dengannya bantuan dari guru melalaui langkah-langkah kegiatan yng diberikan di muka.

3. Kegiatan penutup

Kegiatan penutup ditujukan bagi atau bisa juga dikatakan untuk dua hal pokok. Pertama,validasi terhadap konsep, hukum ataupun prinsip yng sudah dibangun oleh siswa. Kedua, pengayaan materi pelajaran yng dikuasai siswa.

Semisal Pembelajaran Berbasis Masalah (Problem Based Intructional)

Problem Based Intructional (PBI) berlandaskan pada psikologi kognitif. Fokus guru tak begitu menekankan kepada apa yng sedang di lakukan peserta didik (perilaku peserta didik) melainkan kepada apa yng orang-orang pikirkan (kognisi) pada era orang-orang melakukan kegiatan itu. Oleh lantaran itu peran utama guru pada PBI merupakan membimbing serta memfasilitasi menjadikan peserta didik bisa belajar berpikir serta memecahkan masalah oleh orang-orang sendiri.
Sintaks Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) terdiri dari lima tahap utama, yng dimulai yang dengannya guru mengorientasikan peserta didik kepada situasi masalah yng autentik serta diakhiri yang dengannya penyajian karya. Andai jangkauan permasalahannya sedang-sedang saja, kelima tahapan yang telah di sebutkan bisa diselesaikan dalam dua hingga tiga kali pertemuan. Akan tetapi masalah yng kompleks mungkin akan butuh setahun penuh bagi atau bisa juga dikatakan untuk menyelesaikannya.
Adapun tahapan serta indikator tingkah laku guru pendapat dari sintaks pembelajaran problem based learning (PBL), menjdai berikut:
  1. Orientasi peserta didik kepada masalah; Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, Menjelaskan logistik yng dibutuhkan, mengajukan kejadian ataupun demonstrasi ataupun cerita bagi atau bisa juga dikatakan untuk memunculkan masalah, memotivasi peserta didik bagi atau bisa juga dikatakan untuk terlibat dalam pemecahan masalah yng dipilihnya
  2. Mengorganisasi peserta didik bagi atau bisa juga dikatakan untuk Belajar, Guru membantu peserta didik mendefinisikan serta mengorganisasikan tugas belajar yng berhubungan yang dengannya masalah yang telah di sebutkan
  3. Membimbing penyelidikan individual ataupun kelompok, Guru mendorong peserta didik bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengumpulkan berita yng sesuai, melaksanakan eksperimen, bagi atau bisa juga dikatakan untuk memperoleh penjelasan serta pemecahan masalah.
  4. Mengembangkan serta menyajikan hasil karya: Guru membantu peserta didik dalam merencanakan serta menyiapkan karya yng sesuai semisal laporan, video, serta model serta membantu orang-orang bagi atau bisa juga dikatakan untuk membagikan tugas yang dengannya temannya.
  5. Menganalisis serta mengevaluasi proses pemecahan masalah: Guru membantu peserta didik bagi atau bisa juga dikatakan untuk melakukan refleksi ataupun evaluasi terhadap penyelidikan orang-orang serta proses-proses yng orang-orang genakan

Semisal penerapan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning)

Pembelajaran berbasis proyek ataupun tugas merupakan metode belajar yng mempergunakan masalah menjdai langkah awal dalam pengumpulan serta mengintegrasikan pengetahuan baru didasari pengalamannya dalam beraktivitas secara nyata. Pembelajaran berbasis proyek/tugas (projectbased/ task learning) butuh suatu pendekatan guruan komprehensif di mana lingkungan belajar peserta didik didesain agar peserta didik bisa melakukan penyelidikan terhadap masalah-masalah autentik salah satunya pendalaman materi dari suatu topik, serta melaksanakan tugas bermakna lain-lainnya.
Pendekatan ini memperkenankan peserta didik bagi atau bisa juga dikatakan untuk bekerja secara mampu berdiri diatas kaki sendiri dalam mengkostruksikannya dalam produk nyata. Dalam pembelajaran berbasis proyek, peserta didik diberikan tugas ataupun proyek yng kompleks, cukup susah, lengkap, akan tetapi realistik serta lantas diberikan bantuan secukupnya agar orang-orang bisa menyelesaikan tugas. Di samping itu, penerapan taktik pembelajaran berbasis proyek/tugas ini mendorong tumbuhnya kompetensi nurturant semisal kreativitas, kemandirian, tanggung jawab, kepercayaan diri, serta berpikir kritis serta analitis.
Tahapan Pembelajaran Berbasis Proyek (Project Based Learning). Secara umum Pembelajaran Berbasis Proyek mempunyai pedoman tahapan: Planning (perencanaan), Creating (mencipta ataupun implementasi) serta Processing (pengolahan) akan tetapi dari tiga tahapan yang telah di sebutkan bisa dideskripsikan menjadi enam tahapan menjdai berikut:
  1. Persiapan; pada tahap ini guru merancang desain ataupun membuat kerangka proyek yng memberikan manfaat dalam menyediakan berita yng dibutuhkan oleh peserta didik dalam mengembangkan pemikiran terhadap proyek yang telah di sebutkan sesuai yang dengannya kerangka yng ada, serta menyediakan sumber yng bisa membantu pengerjaannya. Hal ini akan mendukung kesuksesan peserta didik dalam menyelesaikan suatu proyek serta cukup membantu dalam menjawab pertanyaan, beraktivitas serta berkarya. Kerangka menjadi sesuatu yng penting bagi atau bisa juga dikatakan untuk dibaca serta dipakai oleh peserta didik.
  2. Penugasan/menentukan topik. Sesuai yang dengannya tugas proyek yng diberikan oleh guru ataupun pilihan sendiri, peserta didik akan mendapatkan serta membaca kerangka proyek, lalu mencoba mencari sumber yng bisa membantu. Lalu peserta didik mencoba berpikir yang dengannya kemampuannya berdasar pada pengalaman yng dimiliki, membuat pemetaan topik, serta mengembangkan gagasannya dalam menentukan sub topik suatu proyek.
  3. Merencanakan kegiatan. Peserta didik bekerja dalam proyek individual, kelompok dalam satu kelas ataupun antar kelas. Peserta didik menentukan kegiatan serta langkah yng akan diambil sesuai yang dengannya sub topiknya, merencanakan waktu pengerjaan dari seluruh sub topik. Andai bekerja dalam kelompok, tiap anggota Perlu mengikuti peraturan serta mempunyai rasa tanggungjawab. Sedangkan guru berkewajiban memberikan isi dari rencana proyeknya kepada orang tua, menjadikan orang tua ikut dan membantu serta mendukung anaknya dalam menyelesaikan proyek.
  4. Investigasi serta penyajian. Investigasi di sini salah satunya kegiatan menanyakan pada ahlinya. Dalam perkembangannya, terkadang berisi observasi, ataupun eksperimen. Secara rutin, orang tua serta guru berkomunikasi bagi atau bisa juga dikatakan untuk memantau kegiatan serta prestasi yng dicapai oleh peserta didik.
  5. Finishing. Peserta didik membuat laporan, presentasi, serta lain-lain menjdai hasil dari kegiatannya. Lalu guru serta peserta didik membuat catatan terhadap proyek bagi atau bisa juga dikatakan untuk pengembangan selanjutnya. Peserta mendapatkan feedback atas apa yng dibuatnya dari kelompok, sahabat, serta guru.
  6. Monitoring/Evaluasi. Guru menilai seluruh proses pengerjaan proyek yng di lakukan oleh tiap peserta didik berdasar pada partisipasi serta produktivitasnya dalam pengerjaan proyek.
  7. Kesimpulan, pembelajaran berbasis proyek/tugas merupakan sebuah metode penyajian bahan pembelajaran yng diberikan oleh guru kepada peserta didik berupa seperangkat tugas yng Perlu dikerjakan peserta didik, baik secara individual ataupun secara kelompok.

Semisal Penerapan Discovery Learning

Pengertian discovery learning pendapat dari Jerome Bruner merupakan metode belajar yng mendorong peserta didik bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengajukan pertanyaan serta menarik kesimpulan dari prinsip-prinsip umum praktis semisal pengalaman. Serta yng menjadi dasar ide J. Bruner adalah menurut piaget yng menyatakan bahwasanya anak Perlu berperan secara aktif didalam belajar di kelas. Bagi atau bisa juga dikatakan untuk itu Bruner memakai tatacara yang dengannya apa yng disebutnya discovery learning, yakni di mana murid mengorganisasikan bahan yng dipelajari yang dengannya suatu bentuk akhir.
Pendapat dari Bell (1978) belajar penemuan merupakan belajar yng terlaksana sebagia hasil dari peserta didik memanipulasi, membuat struktur serta mentransformasikan berita sedemikian menjadikan ie menemukan berita baru. Dalam belajar penemuan, peserta didik bisa membuat perkiraan (conjucture), merumuskan suatu hipotesis serta menemukan kebenaran yang dengannya mempergunakan prose induktif ataupun proses dedukatif, melakukan observasi serta membuat ekstrapolasi.
Pembelajaran penemuan adalah satu dari sekian banyaknya model pembelajaran yng dipakai dalam pendekatan konstruktivis modern. Pada pembelajaran penemuan, peserta didik didorong bagi atau bisa juga dikatakan untuk lebih-lebih belajar sendiri melalui keterlibatan aktif yang dengannya konsep-konsep serta prinsip-prinsip. Guru mendorong peserta didik agar memiliki pengalaman serta melakukan eksperimen yang dengannya memungkinkan orang-orang menemukan prinsip-prinsip ataupun konsep-konsep bagi diri orang-orang sendiri.
Pemilihan model discovery learning memerlukan persyaratan pendukung bagi atau bisa juga dikatakan untuk mereduksi kelemahan yng Suka didapati, antara lain:
  • Secara klasikal peserta didik mempunyai kecerdasan/kecakapan awal yng lebih yang dengannya keterampilan berbicara serta menulis yng baik. Peserta didik yng tidak lebih pandai akan mengalami kesulitan bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengabstraksi, berpikir ataupun mengungkapkan hubungan antar konsep-konsep. Dikhawatirkan hal ini akan memicu frustasi dalam belajar.
  • Jumlah peserta didik tak terlalu tidak sedikit (jumlah maksimal di SD/MI sebanyk 28 peserta didik), lantaran bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengelola jumlah peserta didik yng tidak sedikit butuh waktu yng lama bagi atau bisa juga dikatakan untuk membantu orang-orang menemukan teori ataupun pemecahan masalah lain-lainnya.
  • Pemilihan materi yang dengannya kompetensi mayoritas pada aspek pemahaman yng dibutuhkan siswa uuntuk mencapai kopmpetensi yng dimau-kan.
  • Fasilitas pembelajaran yng memadai serta menopang tercapainya tujuan pembelajaran semisal media, alat serta sumber belajar.

Adapun Langkah Pembelajaran Discovery Learning, menjdai berikut:

  1. Menciptakan stimulus/rangsangan (Stimulation): Kegiatan penciptaan stimulus di lakukan pada era peserta didik melakukan aktivitas mengamati fakta ataupun kejadian yang dengannya tatacara melihat, mendengar, membaca, ataupun simak. Fakta yng disediakan dimulai dari yng simpel sampai-sampai fakta ataupun femomena yng memicu kontroversi. Stimulasi pada tahap ini berfungsi bagi atau bisa juga dikatakan untuk menyediakan kondisi interaksi belajar yng bisa mengembangkan serta membantu peserta didik dalam mengeksplorasi bahan. Dalam hal ini Bruner memberikan semisal stimulasi yang dengannya mempergunakan teknik bertanya yakni yang dengannya mengajukan pertanyaan-pertanyaan yng bisa menghadapkan peserta didik pada kondisi internal yng mendorong eksplorasi. Yang dengannya demikian seorang Guru Perlu menguasai teknik-teknik dalam memberikan stimulus agar tujuan mengaktifkan peserta didik bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengeksplorasi bisa tercapai.
  2. Menyiapkan pernyataan masalah (Problem Statement): Sesudah di lakukan stimulasi langkah selanjutnya merupakan guru memberikan peluang kepada peserta didik bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengidentifikasi sebanyk mungkin agenda-agenda masalah yng relevan yang dengannya bahan pelajaran, lantas di antaranya dipilih serta dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara ataupun opini atas pertanyaan masalah) (Syah 2004:244). Permasalahan yng dipilih itu selanjutnya dirumuskan dalam bentuk pertanyaan ataupun hipotesis, yaitu pernyataan (statement) menjdai jawaban sementara atas pertanyaan yng diajukan. Memberikan peluang kepada peserta didik bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengidentifikasi serta menganalisis permasalahan yng dihadapi adalah teknik yng bermanfaat agar orang-orang terbiasa menemukan suatu masalah.
  3. Mengumpulkan data (Data Collecting): Disaat eksplorasi berlangsung guru pula memberikan peluang kepada peserta didik bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengumpulkan berita sebanyak-banyaknya yng relevan dalam rangka memperlihatkan benar ataupun tidaknya hipotesis (Syah, 2004:244). Yang dengannya demikian peserta didik diberi peluang bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengumpulkan (collection) aneka macam berita yng relevan, melalui aneka macam tatacara, misalnya membaca literatur, mengamati objek, wawancara yang dengannya narasumber, melakukan uji coba sendiri serta sebagainya. Manfaat dari tahap ini merupakan peserta didik belajar secara aktif bagi atau bisa juga dikatakan untuk menemukan sesuatu yng berhubungan yang dengannya permasalahan yng dihadapi, menjadikan secara alamiah peserta didik menghubungkan masalah yang dengannya pengetahuan yng sudah dimiliki.
  4. Mengolah data (Data Processing): Pendapat dari Syah (2004:244) pengolahan data adalah kegiatan mengolah data serta berita yng sudah diperoleh peserta didik baik melalui wawancara, observasi, serta sebagainya, lalu ditafsirkan. Seluruh berita hasil bacaan, wawancara, observasi, serta sebagainya, semuanya diolah, diacak, diklasifikasikan, ditabulasi, malah bila butuh dihitung yang dengannya tatacara tertentu dan ditafsirkan pada tingkat kepercayaan tertentu (Djamarah,2002:22). Pengolahan data disebut pula yang dengannya pengkodean (coding) ataupun kategorisasi yng berfungsi menjdai pembentukan konsep serta generalisasi. Dari generalisasi yang telah di sebutkan peserta didik akan memperoleh pengetahuan baru ihwal pengganti jawaban/ penyelesaian yng butuh mendapatkan pembuktian secara masuk akal.
  5. Memverifikasi data (Verification): Pada tahap ini peserta didik melakukan pemeriksaan secara cermat bagi atau bisa juga dikatakan untuk memperlihatkan benar ataupun tidaknya hipotesis yng ditetapkan sebelumnya yang dengannya temuan pengganti, dihubungkan yang dengannya hasil data processing (Syah, 2004: 244). Verification pendapat dari Bruner, proses belajar akan berjalan yang dengannya baik serta kreatif andai guru memberikan peluang kepada peserta didik bagi atau bisa juga dikatakan untuk menemukan suatu konsep, teori, peraturan ataupun pemahaman melalui contoh-contoh yng ia jumpai dalam kehidupannya. Didasari hasil pengolahan data serta tafsiran terhadap data, lantas dikaitkan yang dengannya hipotesis,maka akan terjawab apakah hipotesis yang telah di sebutkan terbukti ataupun tak.
  6. Menarik kesimpulan (Generalisation): Tahap generalisasi/menarik kesimpulan merupakan proses menarik sebuah kesimpulan yng bisa dijadikan prinsip umum serta berlaku bagi atau bisa juga dikatakan untuk seluruh fenomena ataupun masalah yng percis, yang dengannya memperhatikan hasil verifikasi (Syah, 2004: 244). Didasari hasil verifikasi maka dirumuskan prinsipprinsip yng mendasari generalisasi. Sesudah menarik kesimpulan peserta didik Perlu memperhatikan proses generalisasi yng menekankan pentingnya penguasaan materi pelajaran atas makna serta kaidah ataupun prinsip-prinsip yng luas yng mendasari pengalaman seseorang, dan pentingnya proses pengaturan serta generalisasi dari pengalaman-pengalaman itu.

Adapun manfaat model pembelajaran Discovery Learning yakni:
  • Membantu peserta didik memperbaiki serta menaikan keterampilan kognisi. Bisnis penemuan adalah kunci dalam proses ini di mana kesuksesan bergantung pada bagaimana tatacara belajarnya.
  • Pengetahuan yng diperoleh bersifat individual serta optimal lantaran menguatkan pengertian, ingatan, serta transfer pengetahuan.
  • Menumbuhkan rasa senang pada peserta didik, lantaran sukses melakukan penyelidikan.
  • Memungkinkan peserta didik berkembang yang dengannya cepat sesuai kemampuannya.
  • Memicu peserta didik mengarahkan kegiatan belajar yang dengannya melibatkan akal serta motivasinya.
  • Membantu peserta didik memperkuat konsep dirinya, lantaran mendapatkan kepercayaan diri melalui kerjasama yang dengannya peserta didik lain.
  • Membantu peserta didik menghilang-kan keraguan lantaran mengarah pada kebenaran final yng dialami dalam keterlibatannya.
  • Mendorong peserta didik berpikir secara intuitif, inisiatif, dalam merumuskan hipotesis.
  • bisa mengembangkan bakat, minat, motivasi, serta keingintahuan.
  • Memungkinkan peserta didik mempergunakan serta memanfaatkan aneka macam sumber belajar.

Semisal Penerapan Pembelajaran Berbasis Kontekstual


Pembelajaran kontekstual ataupun dikenal yang dengannya CTL adalah konsep belajar yng bisa membantu guru mengaitkan antara materi yng diajarkannya yang dengannya situasi dunia nyata peserta didik serta mendorong peserta didik membuat hubungan antara pengetahuan yng dimilikinya yang dengannya penerapannya dalam ke hidup-an orang-orang menjdai anggota keluarga serta masyarakat.
Yang dengannya demikian, pembelajaran kontekstual menjdai suatu model pembelajaran yng memberikan fasilitas kegiatan belajar peserta didik bagi atau bisa juga dikatakan untuk mencari, mengolah, serta menemukan pengalaman belajar yng lebih bersifat konkret (terkait yang dengannya ke hidup-an nyata) melalui keterlibatan aktivitas peserta didik dalam berupaya, melakukan serta mengalami sendiri. Kegiatan belajar aktif bsa membuahkan hasil belajar yng langgeng. Misalnya dalam materi akhlak, peran guru memfasilitasi diinternalisasinya nilai-nilai oleh peserta didik antara lain guru menjdai fasilitator, motivator, partisipan, serta pemberi umpan balik.
Pembelajaran kontekstual lebih menekankan pada upaya memfasilitasi peserta didik mencari kemampuan bagi atau bisa juga dikatakan untuk mampu hidup (life skill) dari apa yng dipelajarinya. Didasari kegiatan yng ditimbulkannya, taktik pembelajaran yng ada pada pembelajaran konstruktif ini berpusat pada peserta didik. Lantaran taktik ini mempunyai tanda bahwasanya pembelajaran menitikberatkan pada keaktifan peserta didik, kegiatan belajar di lakukan secara kritis serta analitik.
Peran pendidik serta peserta didik dalam pembelajaran kontekstual:
  • Murid menjdai individu yng sedang berkembang, kemampuan belajarnya akan dipengaruhi oleh perkembangan serta keluasan pengamalannya, sedangkan guru menjdai pembimbing peserta didik agar orang-orang mampu belajar sesuai yang dengannya tahap perkembangannya.
  • Murid menjdai Individu yng selalu ingin berupaya memecahkan permasalahannya dalam mengikuti proses pembelajaran, sedangkan guru akan memilihkan bahan ajar yng esensi bagi atau bisa juga dikatakan untuk dipelajari murid-muridnya.
  • Murid menjdai individu yng mencari keterkaitan/ keterhubungan antara hal-hal yng baru serta hal-hal yng telah diketahui, sedangkan guru selalu membantu agar setiap peserta didik bisa atau mampu menemukan keterkaitan pengalaman baru yang dengannya sebelumnya.
  • Murid menjdai ndividu yng sedang melakukan proses asimilasi serta akomodasi terhadap bergam situasi serta keadaan selama proses pembelajaran, sedangkan guru memposisikan dirinya menjdai fasilitator agar peserta didik bisa atau mampu melakukan proses asimilasi serta akomodasi

Semisal Penerapan Pembelajaran Berbasis Kooperatif

Pembelajaran kooperatif adalah model pembelajaran di mana peserta didik belajar bersama serta bertanggung jawab terhadap sahabat/kelompoknya. Pembelajaran kooperatif adalah satu dari sekian banyaknya upaya bagi atau bisa juga dikatakan untuk mewujudkan pembelajaran yng aktif, kreatif, efektif serta menyenangkan. Pembelajaran kooperatif memberikan peluang pada peserta didik bagi atau bisa juga dikatakan untuk saling berinteraksi. Peserta didik yng saling menjelaskan pengertian suatu konsep pada temannya sebetulnya sedang mengalami proses belajar yng Amat efektif yng mampu memberikan hasil belajar yng jauh lebih maksimal daripada kalau dia mendengarkan penjelasan guru.
Pembelajaran kooperatif memberikan peluang pada peserta didik bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengembangkan beberapa kecakapan hidup yng disebut menjdai kecakapan berkomunikasi serta kecakapan bekerja percis. Kecakapan ini mempunyai peranan penting dalam ke hidup-an nyata. Pembelajaran kooperatif pula bisa dipakai menjdai sarana bagi atau bisa juga dikatakan untuk menanamkan sikap inklusif, yakni sikap yng terbuka terhadap aneka macam perbedaan yng ada pada diri sesame peserta didik di sekolah. Pengalaman bekerja percis yang dengannya sahabat yng mempunyai perbedaan dari segi agama, suku, prestasi, jenis kelamin, serta lain lain diharapkan mampu membuat peserta didik menghargai perbedaan yang telah di sebutkan.
Di sayangkan, dalam pembelajaran sehari-hari pembelajaran kooperatif Suka dipahami cuma menjdai duduk bersama dalam kelompok. Peserta didik duduk berkelompok namun tak saling berinteraksi bagi atau bisa juga dikatakan untuk saling membelajarkan; orang-orang bekerja sendiri-sendiri. Penerapan pembelajaran kooperatif akan memberikan hasil yng efektif kalau memerhatikan dua prinsip inti berikut. Pertama merupakan adanya saling ketergantungan yng positif.
Seluruh anggota dalam kelompok saling bergantung kepada anggota yng lain dalam mencapai tujuan kelompok, misalnya menyelesaikan tugas dari guru. Prinsip yng kedua merupakan adanya tanggung jawab pribadi (individual accountability). Di sini setiap anggota kelompok Perlu mempunyai kontribusi aktif dalam bekerja percis.
Lantaran itu penting bagi kita mengkaji beberapa bentuk pembelajaran kooperatif serta penerapan yng sebetulnya agar bisa kesalahpahaman ihwal belajar kelompok/kooperatif dalam pembelajaran bisa dihindari. Adapun langkah-langkah pembelajaran kooperatif yakni:Memberikan tujuan serta memotivasi peserta didik: Guru memberikan tujuan pembelajaran yng akan dicapai pada kegiatan pelajaran serta menekankan pentingnya topik yng akan dipelajari serta memotivasi peserta didik belajarMenyajikan berita Guru menyajikan berita ataupun materi kepada peserta didik yang dengannya jalan demonstrasi ataupun melalui bahan bacaan.Mengorganisasikan peserta didik ke dalam kelompok-kelompok belajar, Guru menjelaskan kepada peserta didik bagaimana tatacaranya membentuk kelompok belajar serta membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif serta efisien.Membimbing kelompok bekerja serta belajar, Guru membimbing kelompokkelompok belajar pada era orang-orang mengerjakan tugas merekaEvaluasi Guru mengevaluasi hasil belajar ihwal materi yng sudah dipelajari ataupun masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya.Memberikan penghargaan, Guru mencari cara-cara bagi atau bisa juga dikatakan untuk menghargai baik upaya ataupun hasil belajar individu serta kelompok.

Semisal Penerapan Pembelajaran Langsung (Direct Instruction)

Direct Instruction diartikan yang dengannya instruksi langsung dikenal pula yang dengannya active learning ataupun ada pula yng menamakan whole-class teaching. Hal ini mengacu pada gaya mengajar guru yng mengusung isi pelajaran kepada peserta didik serta mengajarkannya secara langsung kepada orang-orang.
Lantaran model ini masih adalah rentetan dari model pembelajaran behavioral, maka sasaran yng di lakukan oleh guru merupakan pencapaian tingkah laku yng lebih positif serta lebih baik dari sebelumnya, kepada seluruh peserta didik Dalam model ini pula, guru menjelaskan mengenai suatu konsep baru kepada peserta didik. Pembelajarannya ditekankan pada aspek modelling, reinforcement (penguatan), feedback (respon balik), successive approximation (perkiraan suksesif), yng pada akhirnya tercipta tingkah laku peserta didik yng lebih positif.
Oleh lantaran karakternya yng semisal itu, tak seluruh materi bisa mempergunakan model ini, model ini cuma bisa diterapkan pada materi-materi yng butuh latihan, walaupun demikian model ini memiliki track record empiris yng cukup solid.

Prinsip-prinsip rancangan dalam model Direct Instruction ini merupakan:

  • Konseptualisasi performa pembelajaran ke dalam tujuan-tujuan serta tugas-tugas;
  • Menguraikan tugas-tugas yang telah di sebutkan ke dalam komponen-komponen yng lebih kecil;
  • Mengembangkan aktivitas-aktivitas latihan;4)Memastikan adanya penguasaan;
  • Menyusun seluruh situasi pembelajaran ke dalam rangkaian-rangkaian yng memastikan adanya transfer antara satu komponen yang dengannya komponen yng lain;
  • Terpenuhinya prasyarat pembelajaran sebelum menapaki pembelajaran selanjutnya.

Keunggulan dari model direct instruction ini merupakan :
  • Fokus terhadap pencapaian akademik peserta didik;
  • Arahan serta kontrol guru Amat mayoritas,
  • Harapan yng tinggi bagi atau bisa juga dikatakan untuk peserta didik;
  • System manajemen waktu Amat ketat menjadikan dalam jangka waktu tertentu pencapaian kemampuan akademik peserta didik bisa terpenuhi.

Dari keunggulan-keunggulan yng dipaparkan di atas, bisa ditarik satu kesimpulan bahwasanya model ini dirancang sedemikian rupa bagi atau bisa juga dikatakan untuk membuat sebuah lingkungan pembelajaran yng berorientasi pada pencapaian prestasi akademik serta mengharuskan peserta didik bagi atau bisa juga dikatakan untuk terlibat aktif dalam proses pembelajaran serta pada era melaksanakan tugas-tugasnya.
Dalam bagian sebelumnya, sudah dipaparkan, bahwasanya model Direct Instruction ini merupakan model pembelajaran yng terdiri dari;
  • penjelasan guru mengenai konsep baru,
  • menguji pemahaman peserta didik di bawah bimbingan guru, serta
  • mendorong orang-orang bagi atau bisa juga dikatakan untuk terus melaksakan praktik.

Adapun pelaksanaan dari model ini terbagi menjadi tiga tahap yakni:

Tahap Persiapan

Sebelum melaksanakan model ini, guru membuat ‘kontrak belajar’ yng berisi :
  1. Menentukan materi pelajaran;
  2. Melakukan peninjauan terhadap materi sebelumnya serta mengaitkan yang dengannya materi yng akan datang (appersepsi);
  3. Menentukan tujuan pelajaran
  4. Menentukan prosedur pengajaran diantaranya merupakan;

- arahan yng terang serta eksplisit ihwal tugas yng Perlu di lakukan;
- penjelasan ihwal aktivitas yng Perlu di lakukan serta dijalani selama proses pembelajaran;
- Membuat rekapitulasi hasil pelajaran (daftar nilai).

Tahap Pelaksanaan

1) Presentasi yng di lakukan oleh guru merupakan menjdai berikut :
  • Menyajikan materi yang dengannya singkat, padat serta memikat;
  • Menyediakan beragam semisal ihwal keterampilan baru;
  • Memberikan gambaran mengenai tugas pembelajaran;
  • Menghindari digresi, tetap serta konsisten dalam satu topik;
  • Menjelaskan poin yng susah.

2) Praktik yng terstruktur
  • Guru menuntun peserta didik yang dengannya tatacara memberikan semisal
  • Peserta didik merespons;
  • Guru memberikan koreksi terhadap kesalahan serta memperkuat praktik yng benar.

3) Praktik di bawah bimbingan guru
  • Peserta didik melakukan praktik lagi di bawah bimbingan guru
  • Guru menyuruh peserta didik melakukan praktik secara bergiliran.

4) Diskusi Guru menguji pemahaman peserta didik ihwal skill yng baru diajarkan yang dengannya tatacara menanyakan pertanyaan yng efektif kepada orang-orang, yang dengannya tatacara:
  • Mengajukan pertanyaan yng konvergen yakni pertanyaan yng mengarah pada satu jawaban;
  • Memastikan bahwasanya seluruh peserta didik mempunyai peluang bagi atau bisa juga dikatakan untuk merespons;
  • Mengajukan pertanyaan pada orang-orang selama beberapa waktu;

5) Menghindari pertanyaan yng tak berhubungan yang dengannya akademik serta guru memberikan respons balikDalam memberikan respons balik, hendaknya seorang guru menjadi guru yng efektif yang dengannya kriteria:
  • Andaikan jawaban peserta didik salah, guru tak menghakimi;
  • Tanggap terhadap peserta didik;
  • Guru menjelaskan yang dengannya objektif andaikan peserta didik memiliki nilai baik.

6) Tahap AkhirTahap akhir dari rangkaian model Direct Instruction ini merupakan yang dengannya melaksanakan praktik mampu berdiri diatas kaki sendiri, yang dengannya langkah-langkah menjdai berikut:Peserta didik melakukan praktik secara mampu berdiri diatas kaki sendiri di kelas ataupun di rumahGuru menunda memberikan respons terhadap peserta didik andaikan orang-orang belum menyelesaikan seluruh rangkaian materi pelajaran.Praktik mampu berdiri diatas kaki sendiri di lakukan beberapa kali, dalam jangka waktu yng lama.
sumber : serambi-pendidikan.blogspot.com
Demikian sajian kami ihwal Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Kurikulum 2013. Mudah-mudahan memberikan manfaat
Sumber Rujukan Dan Gambar : http://www.alfalahtalun.com/2016/02/penerapan-pendekatan-saintifik-dalam.html

Seputar Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Kurikulum 2013

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Pembelajaran Kurikulum 2013