Oemar Bakri serta Surga yng Selalu Dirindukan

- 18.33

Oemar Bakri serta Surga yng Selalu Dirindukan

 

Sebuah Potret Profesi Guru : Antara riwayat, kenyataan dan harapan

Sahabat Alfata


Di era delapan puluhan, ada dua perasaan yng muncul era melihat sosok para guru kita disaat kita masih duduk di bangku sekolah; yakni perasaan kagum serta hormat. Kagum akan luasnya wawasan orang-orang serta hormat lantaran begitu berwibawanya orang-orang. Serta sampai-sampai detik ini perasaan itu tetap percis, tidak berganti sedikitpun. Hati kita tetap tergetar disaat kenangan ihwal orang-orang melintas di pikiran kita. Sungguh Amat menakjubkan manakala para pahlawan tanpa jasa itu mampu menorehkan perasaan begitu dalam di hati seseorang; malah sesudah sekian puluh tahun sudah berlalu. Entah mantra apa yng orang-orang punyai menjadikan orang-orang mampu melakukannya.
Terkadang terlintas dalam benak nan usil ini, bahwasanya para guru kita pada waktu itu mungkin pada pintar ilmu pelet maupun ilmu pengasihan yng Amat ampuh menjadikan orang-orang bisa atau mampu memberikan pesona yng tidak kunjung pudar bagi siswa-siswinya selama berpuluh-puluh tahun. Ataupun mungkin sebelum menjadi seorang guru, orang-orang pada bertapa di gua-gua bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengkaji ajian “Serat Jiwa” dari seorang pendekar yng bernama Eyang Astagina serta diturunkan pada Brama Kumbara hingga pada tingkat 10 (Ingat Serial Sandiwara Radio yng Amat ternama di era 80-an), menjadikan orang-orang Amat piawai dalam “meluluh-lantakkan” jiwa anak didiknya sedemikian rupa dan yang dengannya segenap kesaktian yng dimilikinya bisa atau mampu menorehkan nilai-nilai keluhuran serta prestasi kepada setiap anak-didiknya.
Namun apakah itu jawabannya ???? Ah, sebenarnya tak demikian adanya......
Semisal kita ketahui bersama bahwasanya pada tahun 1981, seorang penyanyi yng bernama Virgiawan Listanto ataupun yng lebih dikenal yang dengannya nama Iwan Fals menciptakan sebuah lagu yng berjudul “Guru Oemar Bakri”. Lagu ini begitu fenomenal lantaran sukses menggambarkan potret guru era itu, simpel, tak sejahtera, lugu akan tetapi bisa atau mampu mencetak tidak sedikit generasi sekelas BJ Habibie serta secara tak langsung menyindir ketidak -pedulian pemerintah yng sedang berkuasa era itu serta masa-masa sebelumnya.
Semisal kita ketahui bersama juga bahwasanya sebelum era 80-an ini, menjadi seorang guru adalah sebuah profesi yng memprihatinkan, menyedihkan tak menjanjikan dan Perlu siap hidup seadanya. Walaupun profesi guru begitu mulia , akan tetapi ia bagaikan surga yng tidak dirindukan serta cuma dipandang sebelah mata. Berbanding terbalik yang dengannya profesi-profesi lain-lainnya; misalnya profesi dokter yng membuat orang berlomba-lomba serta bersedia bagi atau bisa juga dikatakan untuk membayar berapapun bagi atau bisa juga dikatakan untuk mampu kuliah di jurusan kedokteran.
Seseorang yng pada era itu bersekolah di lembaga keguruan (SPG /PGA) maupun kuliah di Fakultas Keguruan, hampir mampu dipastikan dari awal orang-orang sudah mempunyai kesadaran bahwasanya menjadi seorang guru merupakan sebuah panggilan nurani, menjadikan disaat orang-orang benar-benar menjadi seorang guru, orang-orang melakoni profesi yang telah di sebutkan yang dengannya penuh keikhlasan serta tanpa pamrih. Walhasil, pada akhirnya pengabdian serta kerja keras dan ketulusan orang-orang benar-benar terpatri di hati anak-didik orang-orang. Keikhlasan serta ketulusan ini dia yng menjadi kunci utama kesuksesan para Pahlawan tanpa Ciri Jasa dalam mengukir prestasi dan menanamkan nilai-nilai moral serta budi pekerti kepada setiap murid-muridnya.
Seiring yang dengannya berjalannya waktu, profesi guru akhirnya tak lagi dipandang sebelah mata. Profesi ini mulai dianggap menjanjikan serta mulai tidak sedikit yng mengincarnya. Profesi yng dianggap ideal bagi kaum perempuan lantaran kegiatan belajar cuma hingga tengah hari serta sesudah itu mampu kembali berkumpul yang dengannya keluarga. Profesi yng sempurna. Secara perlahan akan tetapi pasti, profesi ini menjadi harapan serta keinginan tidak sedikit orang dan sekalian menjadi “Surga” yng mulai dirindukan.
Dalam perkembangan selanjutnya, pada era profesi “Oemar Bakri” ini mulai menjadi surga yng dirndukan oleh tidak sedikit orang; pada era yng percis, era ini menjadi guru bagai kembali ke periode sebelumnya dimana ia menjadi surga yng tidak dirindukan.
Hal ini penyebabnya yaitu oleh beberapa hal; diantaranya :

Pertama

Keberadaan pasal 3 Undang-Undang Perlindungan Anak yng berbunyi “Perlindungan anak bertujuan untuk menjamin terpenuhinya hak hak anak agar dapat hidup, tumbuh, berkembang dan berpartisipasi secara optimal sesuai dengan harkat dan martabat kemanusiaan serta mendapat perlindungan dari kekerasan dan diskriminasi, demi terwujudnya anak Indonesia yang berkualitas, berakhlak mulia dan sejahtera”.
Sebetulnya tak ada yng salah yang dengannya UU yang telah di sebutkan ataupun bunyi pasal 3, niat serta tujuannya baik yakni bagi atau bisa juga dikatakan untuk menjaga setiap anak Indonesia. Akan tetapi mungkin penafsirannya yng terlalu luas yng membuat guru menjadi serba salah serta serba dibatasi dalam mengkoreksi kesalahan siswa yng dianggap telah melebihi bata kewajaran. Guru saat ini Perlu Amat berhati hati dalam menghadapi siswa lantaran tidak banyak saja menyentuh tubuh siswa mampu dianggap melanggar pasal 3 ini. Padahal guru pula kita-kita biasa yng mempunyai kelemahan dalam melindungi emosinya yng terkadang reflex menyentil ataupun mencubit siswa, yang dengannya niat tak bagi atau bisa juga dikatakan untuk menyakiti, serta hal ini mampu berujung pada pelaporan kekerasan.
Hal ini membuat guru kadang menjadi acuh malah bersikap masa bodoh yang dengannya sikap siswa yng bermasalah lantaran bagi atau bisa juga dikatakan untuk menghindari terpancingnya emosi yng berimbas pada masalah yng lebih besar. Akibatnya, siswa terasa benar sendiri lantaran sikapnya tak dikoreksi oleh guru orang-orang. Orang-orang tahu betul bahwasanya hak orang-orang dilindungi oleh UU perlindungan anak. Kondisi ini menjadi lebih parah lagi manakala orang tua orang-orang maupun pihak-pihak lain mempergunakan serta memanfaatkan UU ini bagi atau bisa juga dikatakan untuk membela serta memanjakan anak-anak orang-orang.
Orang-orang percis sekali tidak mau tahu bahwasanya dalam UU yng percis pada pasal 19 pula disebutkan bahwasanya setiap anak pula mempunyai kewajiban bagi atau bisa juga dikatakan untuk menhormati orang tua, wali serta guru. Seharusnya orang-orang pula menyadari bahwasanya selain hak orang-orang yng dilindungi ,orang-orang pula mempunyai kewajiban bagi atau bisa juga dikatakan untuk menghormati guru. Semisalnya orang-orang mengetahui serta mengamalkannya niscaya akan terjalin hubungan yng baik antara guru serta murid.
Akan tetapi pada prakteknya, orang-orang cuma mengedepankan hak orang-orang serta tidak ingat bahwasanya guru di mata agama serta hukum mempunyai posisi setara yang dengannya orang tua orang-orang.

Kedua,

Guru zaman saat ini merupakan guru yng menghadapi generasi manja. Generasi yng dibesarkan oleh teknologi canggih dimana segala sesuatunya mampu didapatkan secara instant serta gampang, menjadikan orang-orang tidak lebih memahami makna perjuangan serta kesabaran. No pain no gain. Generasi yng bisa mengakses berita seluas-luasnya; malah berita yng belum tentu sesuai bagi atau bisa juga dikatakan untuk usia orang-orang. Generasi yng mempunyai tidak sedikit distraksi yng membuat orang-orang susah bagi atau bisa juga dikatakan untuk berkonsentrasi pada pelajaran. Keberadaan serta penampilan menjadi begitu penting serta utama bagi orang-orang. Update status di sosial media menjadi ritual harian orang-orang. Hayalkan berapa kali orang-orang Perlu mengupdate status orang-orang dalam kesehariannya. Lalu kapan orang-orang mampu fokus pada pelajaran ? Meskipun tentu saja pasti ada manfaat yng mampu didapatkan melalui teknologi berita ini, akan tetapi andaikan orang tua tak mau ikut bagian dalam kontrol serta pengawasan, telah barang tentu lebih tidak sedikit memicu kerugian. Belum lagi kalau ditambah yang dengannya aneka macam program tayangan televisi yng cuma mementingkan sisi komersil tanpa mempedulikan nasib generasi bangsa.
Yang dengannya kata lain, mendidik generasi saat ini jauh lebih kompleks serta menghadapi tantangan yng lebih berat bila dibandingkan yang dengannya para guru yng mendidik generasi sebelumnya. Begitu kompleksnya permasalahan diluar sana yng membuat siswa menjadi pribadi yng lebih rumit serta susah bagi atau bisa juga dikatakan untuk dihadapi Perlu disikapi yang dengannya bijak serta hati hati. Guru Perlu bisa atau mampu menjadi sumber pengetahuan sekalian menjadi sahabat siswa yng mampu memahami ke hidup-an orang-orang. Hal ini tak gampang lantaran seringkali disaat kita ingin berupaya menjadi sahabat orang-orang, orang-orang cenderung tidak ingat batasan apa yng boleh di lakukan serta tak. Guru lah yng Perlu selalu mengingatkan, akrab namun tetap santun. Guru pula Perlu berusaha menjadikan sekolah menjdai rumah kedua siswa yng nyaman serta menciptakan proses pembelajaran menjadi menyenangkan serta dirindukan oleh siswa merupakan sebuah tantangan tersendiri.
Walaupun fakta yng ada telah sedemikian kompleksnya, namun optimisme serta harapan itu haruslah selalu ada. Apa yng sedang di lakukan serta perjuangkan oleh para guru pada era saat ini ini memanglah tak langsung nampak hasil nya. Era ini para pendidik kita sedang melukis wajah pendidikan Indonesia yng baru akan terlihat 10 ataupun 20 tahun mendatang.
Mengutip kata-kata bijak yng berbunyi :
“Kalau bukan lantaran guruku, niscaya aku tidak akan kenal yang dengannya tuhanku"
”Era melihat muridmu menjengkelkan serta melelahkan, maka hadirkanlah gambaran bahwasanya satu diantara orang-orang kelak akan menarik tanganmu menuju surga”.

Maka, tetaplah semangat serta tulus tulus dalam mendidik wahai Bapak serta Ibu Guru. Walaupun tantangan saat ini ini makin berat, akan tetapi yakinlah bahwasanya makin tidak sedikit upaya yng Kamu perjuangkan dalam mempersiapkan generasi emas di masa yng akan datang, akan makin bertambah kesempatan Kamu bagi atau bisa juga dikatakan untuk menuju ke surga.
Hingga kapanpun menjadi seorang guru adalah profesi yng akan menghantarkan kita ke surga yng selalu dirindukan.
Mudah-mudahan ............

Sumber Rujukan Dan Gambar : http://www.alfalahtalun.com/2016/05/oemar-bakri-dan-surga-yang-selalu.html

Seputar Oemar Bakri serta Surga yng Selalu Dirindukan

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Oemar Bakri serta Surga yng Selalu Dirindukan